RSS

Wednesday, September 27, 2017

hati - hati dengan keinginanmu!

Tenang aja ini bukan postingan berbau misteri kok. Ini soal salah satu keinginan saya yang saya ucapkan tak sengaja sambil lalu dan terwujud. Luar biasa, alhamdulillah, Allahu Akbar.

Jadi setelah tahun lalu mendadak bisa kerja sekaligus jalan - jalan ke Kalimantan Barat tepatnya Sukadana (kapan - kapan kalau rajin saya post), akhir tahun lalu sampai awal tahun ini jadi penata artistik pertunjukan dan akhirnya dipertengahan tahun ini saya berangkat ke Eropa sama tim misi budaya Liga Tari Universitas Indonesia sebagai Penata Artistik *sujud syukur. Kenapa saya segitu lebaynya? Yaiyalah sebagai emak - emak beranak satu yang berusia 6 tahun, saya nggak nyangka diizinkan suami berangkat ke Eropa selama nyaris 2 bulan, dengan proses persiapan sekitar 6 bulan. Bisa jadi ini hanya kesempatan satu - satunya. Iya sih saya disana kerja tapi tetap saja. Memang setelah punya anak saya juga pernah keluar negeri tapi hanya sebulan (karena izinnya juga cuma dapat sebulan) dengan kondisi si anak kecil baru berumur 2 tahun. Masih gampang diurus, belum sekolah dan nggak gitu merhatiin kemana emaknya pergi. Lah ini kan anak udah gede, udah bisa protes dan mau masuk SD saat saya masih di Eropa. Kebayang kan parnonya saya sebagai emak - emak tukang atur akan melewatkan momen hari - hari pertama anak kecil masuk SD, takut anaknya kenapa - napa. Manalagi belum tentu ayahnya inget ngirimin foto - foto anaknya sekolah. Maklum emak jaman sekarang kan kalau nggak posting hari pertama anak sekolah kurang gimanaa gitu hahaha. Lah jadi kemana - mana ya postingannya. Balik lagi ke ceritanya.

Dua tahun lalu saya ditawari berangkat misi budaya bersama Liga Tari dengan posisi sebagai Asisten Penata Artistik. Karena berbagai hal akhirnya saya menolak, salah satunya karena tidak bisa pergi lebih dari sebulan. Setelah itu banyak yang suka bertanya sama saya ketika bertemu, termasuk suami saya kalau dia lagi kepo soal nari - nari. "Kapan keluar lagi?", "Kapan misi budaya lagi?", "Masih di UI? Kapan misi budaya lagi?" "Masih nari - nari sama Liga Tari? Kapan keluar lagi?" Dan berkali - kali saya menerangkan status saya di Liga Tari dan kecil kemungkinan bisa berangkat sama Liga Tari sebagai penari karena saya sudah alumni. Kalau pun berangkat paling nggak posisi saya sebagai asisten penata artistik atau malah penata artistik. Yang mana saya tahu itu pun kemungkinannya kecil. Bukannya nggak pengen ya meskipun tanggung jawabnya gede juga. Tapi karena masih banyak juga yang lebih senior dan mampu daripada saya. Apalagi kalau misi budaya sama Liga Tari pasti lama lebih dari satu bulan, belum tentu juga saya diizinkan suami. Jadi ya kalau berangkat misi pun antara dengan grup sekolah lain dengan waktu sebentar seperti yang sebelumnya atau berangkat dengan tim profesional.  

Maka ketika tawaran sebagai penata artistik untuk tim misi budaya ini datang ke saya tahun lalu ketika saya lagi ngurusin pertunjukan Liga Tari juga, pertanyaan pertama saya adalah "Seriusan nawarin saya?" Bukan kenapa - napa saya bertanya seperti itu. Meskipun saya sudah lama bergabung di Liga Tari UI terus ikutan melatih, menurut saya, saya hanyalah remah - remah belaka dibandingkan senior - senior maupun teman pelatih lain. Kenapa saya bilang begitu? Karena saya merasa jam terbang saya sebagai penata artistik atau bahkan koreografer masih kurang banyak untuk menjadi penata artistik tim misi budaya Liga Tari yang nama dan prestasinya sudah malang melintang di berbagai festival Internasional. Belum lagi status saya yang menikah dan memiliki anak pasti akan punya konsekuensi tersendiri selama proses latihan berlangsung ataupun saat misi berlangsung. Intinya bukan keputusan yang mudah. Setelah ngobrol panjang lebar adu argumen sama sang Project Officer saya minta waktu karena harus izin suami dulu dan mencari pencerahan serta wangsit *eh. Ketika akhirnya saya mengiyakan saya masih antara percaya dan nggak percaya. Sampai akhirnya berangkat dan pesawat landing di Paris, salah satu junior saya berkata ke saya "Mbak kita beneran misi (budaya) nih!" Dan saya cuma bisa senyum lebar "Iya nih kita misi (budaya) ya!" Alhamdulillah. Salah satu mimpi saya terwujud.